Kenapa Perlu Berda'wah?

Thursday, October 22, 2009

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

Ertikel abu0mushlih. wordpress. com, dipublikasi ulang oleh muslim.or.id

http://muslim. or.id/manhaj/ mengapa-kita- harus-berdakwah. html


[1] Dakwah merupakan jalan hidup Rasul dan pengikutnya

Allah ta’ala berfirman (yang ertinya), “Katakanlah, Inilah jalanku; aku menyeru kepada Allah di atas landasan ilmu yang nyata, inilah jalanku dan orang-orang yang mengikutiku…” (Qs. Yusuf: 108)

Berdasarkan ayat yang mulia ini Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mengambil sebuah pelajaran yang amat berharga, iaitu: Dakwah ila Allah (mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah) merupakan jalan orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang beliau tuliskan di dalam Kitab Tauhid bab Ad-Du’a ila syahadati an la ilaha illallah (Ibthal At-Tandid, hal. 44).

[2] Dakwah merupakan ciri-ciri orang-orang yang muflih (berjaya)

Allah ta’ala berfirman (yang ertinya), “Hendaklah ada di antara kalian segolongan orang yang mendakwahkan kepada kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf, melarang yang mungkar. Mereka itulah sebenarnya orang-orang yang beruntung.” (Qs. Ali-’Imran: 104)



Ibnu Kathir rahimahullah menyebutkan riwayat daripada Abu Ja’far Al-Baqir setelah membaca ayat “Hendaklah ada di antara kalian segolongan orang yang mendakwahkan kepada kebaikan” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yang dimaksud kebaikan itu adalah mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah-ku.” (HR. Ibnu Mardawaih) (Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, jilid 2 hal. 66)

Daripada Huzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya! Benar-benar kalian mesti memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar, atau Allah akan mengirimkan untuk kalian hukuman dari sisi-Nya kemudian kalian pun berdoa kepada-Nya namun permohonan kalian tidak lagi dikabulkan.” (HR. Ahmad, dinilai hasan Al-Albani dalam Sahih Al-Jami’ hadits no. 7070. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, jilid 2 hal. 66)

[3] Dakwah merupakan ciri umat yang terbaik

Allah ta’ala berfirman (yang ertinya), “Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan bagi umat manusia, kalian perintahkan yang ma’ruf dan kalian larang yang mungkar, dan kalian pun beriman kepada Allah…” (Qs. Ali-’Imran: 110)

Ibnu Kathir mengatakan, “Pendapat yang benar, ayat ini umum mencakupi segenap umat (Islam) di setiap zaman sesuai dengan kedudukan dan keadaan mereka masing-masing. Sedangkan kurun terbaik di antara mereka semua adalah masa diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian generasi sesudahnya, lantas generasi yang berikutnya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, jilid 2 hal. 68)

[4] Dakwah merupakan sikap hidup orang yang beriman

Allah ta’ala berfirman (yang ertinya), “Orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,…” (Qs. At-Taubah: 71)

Inilah sikap hidup orang yang beriman, bertentangan dengan sikap hidup orang-orang munafiq yang memerintahkan yang mungkar dan melarang daripada yang ma’ruf. Allah ta’ala menceritakan hal ini dalam firman-Nya (yang ertinya), “Orang-orang munafiq lelaki dan perempuan, sebahagian mereka merupakan penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka memerintahkan yang mungkar dan melarang yang ma’ruf…” (Qs. At-Taubah: 67)

[5] Meninggalkan dakwah akan membawa petaka

Allah ta’ala berfirman tentang kederhakaan orang-orang kafir Bani Isra’il (yang ertinya), “Telah dilaknati orang-orang kafir dari kalangan Bani Isra’il melalui lisan Daud dan Isa putera Maryam. Hal itu dikeranakan kemaksiatan mereka dan perbuatan mereka yang selalu melampaui batas. Mereka tidak melarang kemungkaran yang dilakukan oleh sebahagian di antara mereka, amat buruk perbuatan yang mereka lakukan itu.” (Qs. Al-Ma’idah: 78-79)

Syaikh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Tindakan mereka itu (mendiamkan kemungkaran) menunjukkan bahawa mereka meremehkan perintah Allah, dan kemaksiatan mereka anggap sebagai perkara yang remeh. Seandainya di dalam diri mereka terdapat pengagungan terhadap Rabb mereka nescaya mereka akan merasa cemburu kerana larangan-larangan Allah dilanggar dan mereka pasti akan marah kerana mengikuti kemurkaan-Nya…” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 241)

Di antara kesan mendiamkan kemungkaran adalah kemungkaran tersebut semakin menjadi-jadi dan bertambah bermaharajalela. Syaikh As-Sa’di telah memaparkan akibat buruk ini, “Sesungguhnya hal itu (mendiamkan kemungkaran) menyebabkan para pelaku kemaksiatan dan kefasikan menjadi semakin lancang dalam memperbanyakkan perbuatan kemaksiatan tatkala perbuatan mereka tidak dicegah oleh orang lain, sehingga keburukannya semakin menjadi-jadi. Musibah diniyah dan duniawiyah yang timbul pun semakin besar kerananya. Hal itu membuat mereka (pelaku maksiat) memiliki kekuatan dan kedegilan. Kemudian yang terjadi setelah itu adalah semakin lemahnya kekuatan yang dimiliki oleh ahlul khair (orang baik-baik) dalam melawan ahlusy syarr (orang-orang jahat), sampai-sampai suatu keadaan di mana mereka tidak sanggup lagi mengingkari apa yang dahulu pernah mereka ingkari.” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 241)

0 comments:

Post a Comment

Kepada sesiapa yangg ingin post apa-apa artikel, video atau sebarang komen, sila email atau sms kepada sya_i_zz@yahoo.com(012-9432204) atau kepada saudara akmal syahid_akmal@yahoo.com(012-3218987) dan amirul mukminin amer_ktb@yahoo.com (013-2845128)..

Aktiviti Alumni Pada Tahun 2008